-->

Vending Machine Murder 1985, Kisah Misteri Keracunan Oronamin C di Jepang yang Tak Terpecahkan

Oronamin C By Quercus acuta - Own work, CC0


Tahun 1965, Otsuka Pharmaceutical Co. — sebuah perusahaan ternama — mulai memproduksi minuman tonik kesehatan Oronamin C. Setelah diluncurkan, minuman ini meraih popularitas luas di seluruh Jepang. Hingga kini, Oronamin C tetap bertahan sebagai minuman kesehatan terlaris.


Dua puluh tahun kemudian, produk ini masih digemari generasi tua. Namun, di kalangan anak muda, minuman kesehatan kalah bersaing dengan soda manis. Untuk mengatasi hal ini, Otsuka merancang strategi promosi pada 1985: menawarkan Oronamin C gratis melalui vending machine di seluruh Jepang.


Syaratnya sederhana: konsumen yang membeli produk apa pun dari vending machine berhak mendapatkan satu botol Oronamin C cuma-cuma. Respons publik pun terbelah. Sebagian orang mengambil minuman gratis itu dengan antusias, sementara sebagian lain membiarkannya tertinggal di slot atau di atas vending machine. Kebiasaan ini sejalan dengan budaya Jepang yang mengizinkan barang tak terpakai diambil oleh orang lain.


Sayangnya, niat baik berbagi itu justru menjadi pintu gerbang tragedi. Praktik meninggalkan minuman di vending machine tanpa pengawasan menciptakan celah untuk aksi kejahatan terencana — salah satu kasus paling sadis dalam sejarah kriminal Jepang.


Tragedi Vending Machine


Vending machines in Toyota Village By Wisata Diary
Vending machines in Toyota Village By Wisata Diary

30 April 1985 menjadi awal kisah mencekam. Seorang pria berusia 45 tahun asal Fukuyama membeli minuman dari vending machine di kotanya. Di atas mesin itu, tergeletak sebotol Oronamin C yang diduga ditinggalkan oleh orang lain — masih tersegel, tanpa tanda-tanda dibuka.


Mengikuti budaya Jepang yang memperbolehkan mengambil minuman sisa di vending machine, pria itu pun meminumnya. Sayang, keputusan itu berubah menjadi bencana. Gejala keracunan parah langsung muncul beberapa saat setelah ia meneguk minuman tersebut.


Tim medis yang menanganinya di rumah sakit mengonfirmasi: pria ini menelan senyawa paraquat, bahan kimia beracun yang biasa digunakan untuk membasmi rumput liar. Dua sendok teh paraquat saja sudah cukup membakar organ dalam dan menyebabkan kematian.


Upaya medis maksimal pun tak mampu menyelamatkannya. Pria itu menghembuskan napas terakhir tepat satu bulan kemudian akibat kerusakan organ internal. Saat botol Oronamin C diuji, penyidik dibuat bingung: bagaimana paraquat bisa masuk ke dalam botol yang masih tersegel?


Tanpa bukti kuat, kasus ini akhirnya diamankan sementara. Namun, 5 bulan kemudian, tragedi ini kembali mencuat — dengan skala yang lebih mengerikan.


Pembunuhan Berantai


Japan’s Retro Vending Machine By thefroggyadventures
Japan’s Retro Vending Machine By thefroggyadventures


September 1985, minuman beracun kembali muncul di vending machine seantero Jepang, khususnya di wilayah Prefektur Hiroshima. Mayoritas korban tewas setelah mengonsumsi botol Oronamin C yang terkontaminasi. Namun, beberapa kasus juga melibatkan minuman energi Real Gold dan kaleng Coca-Cola yang disisipi racun.


11 September 1985, seorang pria menemukan sebotol Oronamin C di vending machine dan meminumnya — bersama dengan botol lain yang ia beli (beli 1, dapat 1). Tiga hari kemudian, ia meninggal dunia akibat keracunan paraquat.


Baca Juga: BTK Killer Terbongkar: Kisah Dennis Rader, Ketua Gereja yang Ternyata Pembunuh Berantai 10 Korban


Esok harinya, seorang siswa membeli minuman energi dari vending machine dan membawanya pulang. Ia mengalami gejala keracunan dan tewas tiga hari setelahnya. Hasil autopsi mengungkap jejak senyawa diquat di dalam botol — zat kimia dengan tingkat toksisitas setara paraquat.


Kasus ini menjadi mimpi buruk bagi kepolisian. Korban dipilih secara acak, lokasi kejadian tersebar luas, dan vending machine yang digunakan selalu berada di tempat sepi. Tidak ada satu pun petunjuk yang bisa dijadikan pegangan.


Setelah dua kasus tersebut, situasi mereda selama satu minggu. Pelaku (mungkin) memutuskan untuk berhenti.


Namun, 19 September 1985, ketenangan itu hancur. Seorang pemuda menemukan sekaleng Coca-Cola di slot vending machine dan meminumnya. Tiga hari kemudian, ia meninggal. Pemeriksaan medis kembali mengonfirmasi: paraquat ada di dalam tubuhnya.


Dua bulan berikutnya, terjadi tujuh kasus keracunan tambahan. Pada setiap kasus, korban terkonfirmasi memiliki paraquat di lambung mereka. Polanya serupa: semua korban mengambil botol/kaleng dari vending machine tertentu sebelum keracunan.


Kebuntuan Investigasi Polisi

Sejak saat itu, polisi memasang peringatan resmi di banyak vending machine. Isinya jelas: jangan mengambil minuman yang ditinggalkan di slot atau di atas mesin, kecuali minuman yang benar-benar dibeli langsung dari dalam vending machine.


Polisi terus berupaya mencari petunjuk untuk mengungkap identitas pelaku. Namun, pembunuhan berantai masih berlanjut selama hampir dua bulan sebelum akhirnya berhenti secara tiba-tiba.


17 November 1985 mencatat tragedi terakhir. Seorang gadis 17 tahun asal Saitama mengambil sekaleng Coca-Cola dari vending machine dan meminumnya. Ia langsung jatuh sakit dan meninggal satu minggu kemudian. Entah kebetulan atau tidak, kematiannya menjadi titik akhir rangkaian pembunuhan ini.


Kasus ini memiliki kemiripan mengerikan dengan Tylenol Murder yang terjadi tiga tahun sebelumnya di Chicago, AS. Saat itu, tujuh orang tewas setelah mengonsumsi obat pereda nyeri Tylenol yang dicampur sianida — mirip dengan kasus Jepang, pelakunya juga tidak pernah teridentifikasi.


Dengan motif acak dan sasaran korban yang juga acak, vending machine murder menjadi kasus yang nyaris mustahil dipecahkan.


Bahkan jika pelakunya tertangkap hari ini, undang-undang pembatasan telah berlaku. Artinya, tidak ada hukuman pidana yang bisa diterapkan. Selain itu, kasus ini secara resmi telah ditutup, menghapus kemungkinan penyelidikan lanjutan.


Ya, siapa pun dalang di balik pembunuhan 1985 telah lolos. Kita mungkin tak akan pernah tahu mengapa ia (atau mereka) meracuni 12 orang secara acak — atau alasan di balik penghentian tiba-tiba aksi ini.


Seluruh detail kasus, mulai dari motif hingga identitas pelaku, akan selamanya menjadi misteri.

🚨

Yang Terhormat Pembaca Blog ArsipKriminal,

Kami menghimbau untuk tidak melakukan copy-paste konten tanpa izin. Setiap artikel dibuat dengan usaha dan waktu yang tidak singkat. Untuk mengutip materi, wajib sertakan sumber dengan tautan aktif (backlink) ke laman ini. Keberatan? Hubungi Kami!

LihatTutupKomentar