Dennis Rader dikenal sebagai ketua dewan gereja. Seorang suami penyayang. Ayah yang penuh perhatian. Di mata komunitasnya, ia lelaki terpercaya—figur bertanggung jawab tanpa cela.
Tapi di balik persona sempurna itu tersimpan pola hidup ganda. Sesuai tema blog ini: tokoh berwajah baik kerap punya sisi gelap terpendam.
Rahasia gelap Rader? Istri sendiri, Paula Dietz, tak pernah curiga. Di balik rutinitasnya di Park City, Kansas, pria ini menjalani identitas kedua: pembunuh berantai 10 korban. Lebih dikenal sebagai "BTK Killer", ia menyiksa dan mencabut nyawa korban di sekitar Wichita (1974-1991).
Begitu BTK tertangkap tahun 2005, istri dan putrinya, Kerri, shock. "Ayahku guru moralku," protes Kerri, suara gemetar. "Dia yang mengajarkanku bedakan benar-salah."
Hidup emang terkadang aneh.
Awal Sang Monster
Dennis Lynn Rader lahir pada 9 Maret 1945. Anak tertua dari empat bersaudara. Pittsburgh, Kansas jadi tempat kelahirannya. Tumbuh di rumah sederhana di Wichita—kota yang kelak dia jadikan lokasi teror.
Sifat brutal muncul sejak remaja. Rader kerap menggantung hewan liar. Menyiksanya tanpa motif jelas. “Apa yang aku pahami memang di atas normal,” ujarnya pasca-penangkapan. “Semua pria mungkin mengalami semacam, eh, fantasi seksual. Milikku... mungkin sedikit lebih aneh.”
Dia mendetailkan ritual pribadi: mengikat tangan dan pergelangan kaki sendiri pakai tali. Menutup kepala dengan tas. Membayangkan “hal-hal tidak-tidak”. Pola yang persis dia replika ke korbannya kelak.
Masa pertumbuhan mentalnya diwarnai kebiasaan menggunting foto wanita dari majalah. Gambar-gambar itu dia imajinasikan sebagai objek kendali. Cara dia berfantasi: menahan, menguasai.
Sifat abnormal itu dia kubur rapat. Di permukaan, Rader tampil sebagai manusia “normal”. Bahkan sempat bergabung dengan Angkatan Udara AS.
Usai tugas militer, dia bekerja sebagai tukang reparasi listrik di Wichita. Di gereja, Rader bertemu Paula Dietz. Beberapa kali kencan. Tahun 1971, mereka resmi menikah.
Korban Pertama Teror BTK Killer
Rader dipecat dari pekerjaannya sebagai kang listrik tahun 1973. 15 Januari 1974, ia melakukan pembunuhan perdananya.
Saat Paula tertidur, Rader menyusup ke rumah keluarga Otero. Seluruh anggota keluarga dibantai. Dua anak—Josie (11) dan Joseph (9)—dipaksa menyaksikan orangtuanya dicekik hingga tewas.
Josie sempat menjerit, “Bu, aku mencintaimu!” saat melihat ibunya sekarat. Rader menyeretnya ke basement. Celana dalam gadis itu dilepas. Tubuhnya digantung di pipa saluran.
“Apa yang akan terjadi padaku?” tanya Josie sebelum menghembuskan napas terakhir. Rader menjawab dengan datar: “Sayang, kau akan ke surga malam ini bersama keluargamu.”
(Admin memilih tidak mendeskripsikan detail kekerasan selanjutnya. Intinya: Josie tewas segera setelah itu.)
Usai pembantaian, Rader memotret mayat korban. Beberapa pakaian dalam Josie dia ambil. Menjadi koleksi pertama dari serangkaian souvenir mengerikannya.
Kemudia Rader pulang. Tidur di samping istrinya. Pagi harinya, dia harus siap-siap ke gereja—tetap menjalani peran sebagai ketua dewan.
Beberapa bulan pasca pembunuhan Otero, Rader beraksi lagi.
Kali ini, dia menyusup ke apartemen Kathryn Bright. Menunggu pemiliknya pulang sambil mengintai di dalam.
Saat Kathryn pulang bersama saudara laki-lakinya, Kevin, Rader langsung menembak Kevin. Lalu menikam dan mencekik Kathryn hingga tewas. (Detail serangan seksual sengaja tidak dijelaskan admin.)
Kathryn dinyatakan meninggal di TKP. Kevin selamat meski tertembak dua kali. “Matanya gila,” kata Kevin saat menggambarkan sang pembunuh.
Rader meninggalkan catatan untuk polisi. Surat itu berisi pengakuan pembunuhan keluarga Otero. Diselipkan di buku teknik di Perpustakaan Umum Wichita.
Untuk memastikan surat ditemukan, Rader menelepon The Wichita Eagle. Memberi petunjuk lokasi penyimpanan.
Dalam suratnya, Rader mengancam akan membunuh lagi. Memperkenalkan julukan “BTK”—akronim dari metode operasinya: Bind (mengikat), Torture (menyiksa), Kill (membunuh).
Dua Wajah Pria Itu
Ketika Paula Dietz mengabari suaminya bahwa dia hamil, Dennis Rader dikabarkan mengambil “cuti” dari aktivitas pembunuhan. Selama beberapa tahun, BTK Killer menghilang dari radar.
Tahun 1977, teror itu kembali. Polisi dipaksa bekerja keras lagi. Shirley Vian menjadi korban ketujuh. Diperkosa, dicekik sampai mati. Sementara putranya yang enam tahun dipaksa menyaksikan.
Di masa ini, Paula mulai menangkap “tanda-tanda” aneh. Dia menemukan draf puisi karya suaminya berjudul Shirley Locks. Tertulis: “Thou screem… but lay on cushion and think of me and death.” (“Engkau menjerit… hanya bisa berbaring di atas bantal untuk memikirkanku dan kematian.”)
Puisi itu jelas menggambarkan pembunuhan Shirley Vian. Tapi Paula—yang tak tahu kehidupan ganda suaminya—hanya menganggapnya tulisan biasa tanpa makna khusus.
Paula juga menyadari kebiasaan Rader menandai artikel koran tentang pembunuhan. Dia pun tertarik berlebihan pada surat-surat BTK Killer yang dikirim ke media.
Tapi Paula sama sekali tak curiga. Tak ada alasan baginya untuk menduga suaminya sendiri adalah BTK Killer.
![]() |
(Paula Dietz dan Dennis Rader dalam sebuah acara) |
Andai Paula Dietz punya sedikit—sedikit saja—kecurigaan pada suaminya, dia akan menemukan bukti mengerikan terserak di rumah mereka.
Cara mengeja Rader identik dengan BTK Killer. Pernah suatu kali, Paula bercanda: “Kau mengeja seperti BTK killer.” Kalimat itu meluncur tanpa bobot. Paula tetap 0% curiga.
Ada lagi: Rader punya kotak penyimpanan misterius. “Jangan tanya isinya,” pesannya pada Paula. Sang istri nurut tanpa protes—bukan karena takut, tapi lebih karena acuh tak acuh.
Padahal di dalam kotak itu tersimpan “kenang-kenangan” dari seluruh pembunuhan Rader. Termasuk:
- Pakaian dalam korban perempuan
- SIM para korban
- Foto-foto Rader mengenakan pakaian dalam korbannya
- Dokumentasi aksi mencekik diri sendiri
- Rekaman simulasi penguburan diri hidup-hidup
Semua jadi alat reka ulang metode pembunuhannya.
Sampai detik Rader tertangkap, Paula bersikukuh pada polisi: “Dia pria baik. Ayah hebat. Tak mungkin menyakiti siapa pun.”
Well…
Anak-anaknya pun sama. Bagi mereka, ayahnya adalah Kristen taat berintegritas tinggi. Tak pernah sekalipun mereka melihat Rader berperilaku jahat.
Puncak ironi terjadi pada korban kedelapan: Marine Hedge (53).
Sebagai tetangga, Rader rutin menyapa Marine setiap pagi—saat wanita itu berangkat ke gereja. Bahkan saat Marine tewas, Rader yang menghibur keluarga: “Jangan khawatir,” katanya meyakinkan. “Kita aman.”
Padahal, dialah yang mencekik Marine malam sebelumnya.
Tahun 1986, BTK membunuh korban kesembilan: Vicki Wegerle (28).
Akhir Petualangan Brutal
Masuk tahun 90-an, keluarga Rader tetap harmonis. Dennis masih ahli menyembunyikan rahasia: identitasnya sebagai BTK Killer.
1991 jadi tahun kejahatan kesepuluh sekaligus terakhir. Rader memecahkan pintu kaca geser rumah Dolores Davis (62) pakai balok kayu. Nenek itu tinggal beberapa mil dari rumahnya sendiri. Mayat Davis dia buang dari jembatan.
Tak ada pembunuhan lagi hingga 2004. Saat itu, Rader baca artikel koran lokal tentang peringatan 30 tahun pembunuhan keluarga Otero.
Seharusnya dia kapok. Tapi hasrat lama bangkit. Bukan sekadar membunuh—tapi sensasi ditakuti, jadi buronan polisi, rindu itu semua.
Agar BTK Killer kembali jadi buah bibir, Rader kirim hampir selusin surat & paket ejekan ke media dan polisi tahun 2004.
Isi paket:
- Barang pribadi korban lama
- Boneka diikat & disumpal mirip korban
- Surat-surat mengejek: "BTK masih hidup. Masih berkeliaran."
Well, harusnya BTK Killer bisa lolos selamanya. Andai dia tak pamer ke polisi—apalagi kasusnya hampir terlupakan karena cold case.
Tapi rentetan surat 2004 jadi blunder.
Dari semua paket, ada floppy disk yang dianalisis polisi. Isinya surat ancaman digital sama mengerikannya dengan surat fisik. Tapi tahun 2004, sudah ada software pemulih data terhapus dari floppy disk.
Di disk itu, polisi temukan metadata dokumen Microsoft Word yang pernah dihapus. Dokumen untuk Gereja Christ Lutheran—ditulis oleh ketua dewan gereja: Dennis Rader.
Polisi tak bisa mengabaikan petunjuk ini. Satgas dibentuk untuk mengumpulkan DNA Rader. Prosesnya mudah. Hasil tes DNA cocok dengan sampel sperma di tubuh salah satu korban BTK. Rader resmi jadi tersangka.
25 Februari 2005. Rumah Rader digerebek. Dia diculik di depan putrinya. Saat ditangkap, Rader sempat memeluk anaknya. “Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja,” bisiknya.
Runtuhnya Topeng
Setelah dibawa ke kantor polisi, Dennis Rader tak repot menyangkal. Dia mengaku 10 pembunuhan. Malah dengan semangat menceritakan detail keji: cara menyiksa, lokasi pembuangan mayat.
Di pengadilan, BTK Killer divonis 175 tahun penjara tanpa pembebasan bersyarat. Usianya 60 tahun saat ditangkap. (Sebenarnya sempat divonis hukuman mati, tapi “katanya” ada kesalahan prosedur di pengadilan Kansas—vonis mati dicabut. Admin gak tau detail teknisnya.)
Ketika kebenaran tentang Rader terbongkar, Paula Dietz langsung menceraikannya. Selama persidangan, keluarga Rader memilih bungkam.
Yang paling terluka: Kerri, putri Rader. Sampai detik terakhir, dia sulit mencerna fakta bahwa ayahnya adalah pembunuh berantai. “Ini semua nggak masuk akal,” mungkin pikirnya.
Welp.
![]() |
Topeng di tangan penyidik ini pernah dipakai Dennis Rader. Persis seperti yang dia gunakan dalam salah satu aksi kriminalnya. |
Yang Terhormat Pembaca Blog ArsipKriminal,
Kami menghimbau untuk tidak melakukan copy-paste konten tanpa izin. Setiap artikel dibuat dengan usaha dan waktu yang tidak singkat. Untuk mengutip materi, wajib sertakan sumber dengan tautan aktif (backlink) ke laman ini. Keberatan? Hubungi Kami!